Setiap social media manager pasti pernah mengalami momen ini: Anda sudah menghabiskan waktu berjam-jam merancang konten yang sempurna, grafik sudah cantik, caption sudah menarik, namun saat diunggah, angka Reach (jumlah orang unik yang melihat konten) hanya menyentuh angka yang menyedihkan. Rasanya seperti berteriak di ruangan kosong.
Pertanyaan besarnya: Apakah konten Anda yang buruk, atau ada yang salah dengan algoritma?
Jawabannya adalah gabungan keduanya, tetapi dengan fokus baru. Platform media sosial kini tidak lagi memprioritaskan seberapa banyak orang yang mendapat kesempatan melihat (Reach), melainkan seberapa lama dan seberapa sering mereka melihat (Views/Watch Time). Memahami pergeseran mindset di balik social media metrics ini adalah kunci untuk bertahan dan tumbuh di digital landscape saat ini.
Jika Anda mengelola aset digital, Anda pasti merasakan sakit kepala yang sama: angka Reach terus menurun dari waktu ke waktu. Di tengah kegelisahan ini, ada satu metrik lain yang kini naik daun, terutama di format video pendek: Views (jumlah total tayangan). Angka Views seringkali jauh lebih tinggi daripada Reach, dan itulah sinyal yang perlu kita pahami.
Dulu, metrik utama adalah Distribution (seberapa luas konten disebar, diukur dengan Reach). Sekarang, algoritma fokus pada Attention-Time (seberapa lama dan seberapa sering pengguna berinteraksi dengan konten, diukur dengan Views dan Watch Time).
Reach adalah Pintu, Views adalah Kedalaman.
Penurunan Reach ini didorong oleh perubahan model bisnis platform. Studi dari Hootsuite melaporkan bahwa penurunan organic reach adalah tren yang sudah berlangsung lama, dengan algoritma terus membatasi jangkauan konten bisnis demi mendorong iklan berbayar. Ini adalah kenyataan “Pay-to-Play” saat ini.
Penurunan Reach organik yang sudah menjadi fakta umum (dengan organic reach for brand pages plummeting), terutama sejak perubahan algoritma yang memprioritaskan interaksi bermakna, seharusnya tidak membuat Anda panik, asalkan metrik Views dan Engagement Anda solid.
Sebagai ilustrasi, mari kita lihat perbandingan hipotesis ini yang sering terjadi pada konten video yang memiliki kualitas berbeda:
| Metrik | Skenario A (Reach Tinggi, Kualitas Rendah) | Skenario B (Views Tinggi, Kualitas Kuat) |
| Reach (Unique Users) | 10.000 | 5.000 |
| Views/Impressions (Total Tayangan) | 12.000 | 15.000 |
| Rasio Views : Reach | 1,2 : 1 | 3 : 1 |
Analisis:
Skenario B, meskipun Reach-nya 50% lebih rendah, memiliki Rasio Views terhadap Reach 3 kali lipat lebih tinggi (3 Views per unique user). Ini mengindikasikan bahwa:
Artinya, daripada fokus pada jumlah “pintu masuk” (Reach), Anda harus fokus pada kualitas “kedalaman interaksi” (Views) dan tindakan bernilai (Save & Share).
Untuk beradaptasi dengan pergeseran ini dan tidak lagi menjadikan Reach sebagai vanity metric utama, Anda dapat menerapkan dua strategi ini:
Algoritma modern memberi bobot pada Durasi Tonton (Watch Time). Semakin lama orang bertahan di konten Anda, semakin besar kemungkinan konten itu didistribusikan ke audiens yang lebih luas, menghasilkan Views yang lebih tinggi.
Bukan lagi likes atau followers yang jadi penentu kesuksesan, tetapi sinyal yang menunjukkan konten Anda bernilai bagi pengguna. Save dan Share adalah indikator terkuat bahwa konten Anda dianggap sebagai sumber daya, inspirasi, atau layak dibagikan.
Perubahan pada social media metrics adalah hal yang pasti terjadi. Daripada mengeluh soal Reach yang turun, mari beradaptasi dengan melihat Views dan Engagement sebagai “uji coba” algoritma terhadap kualitas konten kita. Fokus pada membuat konten yang benar-benar bernilai akan selalu menjadi strategi anti-algoritma terbaik.Jika Anda ingin mendiskusikan lebih lanjut bagaimana mengoptimalkan strategi Views dan Engagement, atau membutuhkan bantuan mendalami social media metrics yang relevan dengan bisnis Anda, kami siap berbagi perspektif mendalam yang telah teruji. Anda bisa memulai percakapan dengan melihat layanan kami di sini: Social Media Marketing.