Di tengah banjir konten digital, audiens tidak lagi hanya mencari informasi. Mereka mencari karakter. Inilah alasan mengapa banyak brand mulai mengadopsi pendekatan humanizing the brand dengan membangun brand persona yang kuat.
Tanpa persona yang jelas, brand mudah terdengar datar, tidak konsisten, dan sulit membangun kedekatan emosional dengan audiens.
Brand persona adalah representasi karakter brand dalam berkomunikasi dengan audiens. Ia menjawab pertanyaan penting: brand ini hadir sebagai siapa ketika berbicara?
Brand persona membantu menentukan:
Brand persona bukan target market. Target market adalah siapa audiensnya, sedangkan brand persona adalah siapa brand-nya.
Seperti yang disampaikan dalam konten sosial media Bounche, humanizing the brand berarti memberi brand sebuah persona.
Pendekatan ini membuat brand:
Hal ini juga terlihat jelas pada platform seperti TikTok, di mana hampir semua content creator memiliki karakter yang konsisten di setiap kontennya.
Brand personality adalah sifat inti brand (misalnya profesional, kreatif, berani). Brand persona adalah wujud praktis dari sifat tersebut dalam komunikasi.
Dengan kata lain:
Tanpa persona, personality sulit diterjemahkan ke dalam konten yang konsisten.
Berdasarkan insight Bounche, banyak brand yang langganan muncul di FYP bukan karena produknya saja, tetapi karena:
Karakter yang unik + cerita yang ngena
Brand seperti ini fokus membangun:
Dengan persona dan storytelling yang tepat, brand dapat berkomunikasi secara lebih intimate dan relevan dengan audiens.
Brand persona yang efektif biasanya mencakup:
Apakah brand berbicara sebagai partner, teman, atau konsultan?
Pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penyampaian pesan.
Sudut pandang cerita yang selalu konsisten di setiap konten.
Hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan agar karakter brand tetap terjaga.
Elemen-elemen ini penting agar brand tidak terdengar “berubah-ubah” di setiap channel.
Dari insight yang dibagikan Bounche, brand persona berdampak langsung pada:
Konten lebih mudah viral karena karakternya relatable dan engaging.
Audiens merasa lebih dekat dan punya koneksi emosional dengan brand.
Audiens menjadi lebih penasaran, ingin tahu lebih jauh, hingga tertarik membeli.
Artinya, brand persona bukan hanya soal branding, tetapi juga berdampak ke business outcome.
Menyusun brand persona tidak bisa asal “dibuat unik”. Prosesnya harus berangkat dari strategi.
Langkah awal adalah memahami positioning dan value brand. Setelah itu, tentukan karakter komunikasi yang paling relevan dengan audiens.
Brand persona juga perlu diterjemahkan ke dalam:
Di sinilah peran Creative Marketing menjadi krusial, karena persona yang baik harus bisa hidup di dalam konten dan campaign, bukan hanya di dokumen internal.
Dalam praktik creative marketing, brand persona membantu memastikan bahwa:
Pendekatan ini membuat kreativitas tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga punya arah strategis.
Jika brand ingin mengembangkan persona dan storytelling yang kuat serta konsisten di berbagai channel, layanan Creative Marketing dapat membantu merancang strategi kreatif yang selaras dengan identitas brand dan tujuan bisnis.
Brand persona adalah fondasi komunikasi brand yang membuat brand terasa lebih manusiawi, relevan, dan mudah diingat. Dengan persona yang jelas, brand tidak hanya hadir sebagai penjual, tetapi sebagai karakter yang punya cerita.
Di era konten yang kompetitif, karakter dan cerita adalah pembeda utama.
Brand persona adalah identitas komunikasi brand, sedangkan buyer persona adalah representasi target audiens.
Ya, terutama untuk platform yang berbasis storytelling seperti TikTok dan Instagram.
Bisa, seiring perubahan positioning dan strategi bisnis.
Sangat berpengaruh, mulai dari engagement, virality, hingga ketertarikan pada produk.